Beranda » Auschwitz - Birkenau, Menelusuri Sejarah Suatu Bangsa

Auschwitz - Birkenau, Menelusuri Sejarah Suatu Bangsa

13136555801962017004

Sejarah bukan untuk ditutup-tutupi. Sesuram apapun ada yang bisa dipetik dari suatu peristiwa




Kamp konsentrasi Auschwitz – Birkenau, terletak di Polandia kurang lebih 50 km luar kota Krakow. Merupakan saksi sejarah gelap masa pemerintahan Hitler dengan pasukan Nazi nya yang hingga saat ini pun masih menimbulkan reaksi emosional untuk berbagai kalangan.


Ada satu pertanyaan dari teman saya begitu tahu bahwa saya akan berkunjung ke kamp konsentrasi Auschwitz. “Wisata kok ke bekas penjara, tempat banyak nyawa dihilangkan?”



Hei, jalan-jalan bukan cuma berkunjung ke menara anu, klub itu, ngopi, nongkrog sampe malem, belanja sampe dompet ngap-ngapan. Jalan ke tempat yang punya latar belakang sejarah perlu juga. Dan Auschwitz - Birkenau merupakan salah satu tempat yang sejak lama memang ingin saya kunjungi.



Selain di wilayah Jerman sendiri, kamp konsentrasi atau bisa juga disebut penjara yang didirikan oleh tentara Nazi Jerman ini, juga terdapat di beberapa negara Eropa lain pada masa Perang Dunia II sebelum jatuhnya Adolf Hitler sang diktator militer beserta tentara Nazi. Tujuannya untuk menempatkan/memenjarakan dan menjatuhkan hukuman mati para pelaku kriminal, kelompok-kelompok etnis tertentu atau orang-orang yang dianggap melanggar kebijakan penguasa dalam satu area. 90% diantaranya adalah warga Yahudi. Dalam menjalani kehidupan di kamp, mereka diharuskan melakukan berbagai pekerjaan secara paksa tanpa bayaran dan jatah makanan yang sangat minim. Tidak sedikit diantara para tahanan ini yang memiliki profesi di bidang-bidang administrasi, ilmu pengetahuan dan kedokteran dilibatkan dalam pekerjaan yang penting dan berpengaruh. Meskipun hal itu bukan merupakan jaminan mereka akan terlepas dari hukuman yang bisa dijatuhkan kapan pun dan dalam kondisi apa pun. Sedangkan mereka yang tidak memiliki profesi di bidang-bidang tersebut bisa dilibatkan dalam berbagai proyek sebagai kelinci percobaan, menanam kentang dan kubis atau menghabiskan hari tanpa kegiatan menunggu panggilan eksekusi.



Kamp konsentrasi dibedakan sesuai fungsinya. Ada concentration camp, labor camp, transit camp, collective camp dan yang paling mendirikan bulu roma adalah extermination camp atau kamp kematian. Dari namanya pun kita sudah bisa membayangkan apa yang terjadi di dalamnya. Auschwitz - Birkenau termasuk extermination camp dan merupakan yang terbesar. Jumlah korban tewas diperkirakan lebih dari 1 juta jiwa. Pada pengadilan militer di Nuremberg angka ini diralat menjadi diperkirakan 3 juta jiwa tewas dalam kamp ini, karna tercatat sebayak 2.500.000 tahanan menjalani hukuman mati dalam kamar gas atau Gas chamber dan perkiraan 500 ribu lainnya menjalani hukuman dengan cara lain, terkena berbagai macam wabah penyakit atau kelaparan.




Auschwitz – Birkenau disebut juga sebagai Gate to Hell atau Gerbang Kematian terbagi menjadi 3 lokasi. Auschwitz I sebagai pusat administrasi, operasional dan pengawasan, Auschwitz II – Birkenau sebagai kamp eksekusi dan Auschwitz III – Monowitz sebagai kamp pekerja. Walaupun dibedakan berdasarkan fungsinya tapi eksekusi dan kematian karna sebab lain bisa terjadi setiap saat di kamp manapun.



Camp konsentrasi Auschwitz - Birkenau saat ini menjadi museum yang masih menyisakan kesuraman dan kengerian di sebagian besar bagiannya. Saksi-saksi bisu bisa dilihat dari ruangan berdinding kaca dengan ukuran kira-kira 3×7 meter yang isinya adalah guntingan-guntingan rambut berwarna coklat, hitam, pirang yang banyak diantaranya masih berupa jalinan kepang utuh. Ruangan-ruangan lain berisi sepatu, sisir dan sikat rambut, panci dan peralatan masak yang disita, koper-koper lengkap dengan isinya yang dipisah paksa dari pemiliknya, kaki palsu, kaca mata. Ribuan bahkan mungkin jutaan jumlahnya. Dengan alasan kemanusiaan di bagian ruangan-ruangan ini tidak diperbolehkan mengambil gambar dalam bentuk apa pun. Bangsal tidur, kamar mandi, ruang kantor, ruang hukuman dan Gas chamber yang terkenal dibiarkan sebagaimana aslinya dibatasi dengan tali atau dinding kaca.


13136455991129567851

Mengenang yang tidak akan pernah terlupakan




Saksi sejarah. Menyisakan kengerian sekaligus decak kagum. Kengerian pada apa? Kagum pada siapa? Tergantung dari kacamata apa yang kita kenakan, kemana imajinasi kita terbang dan apa yang bisa diterima hati dan pikiran.



Sejarah bukan karangan bebas yang dirangkum dan dikemas dalam cerita menarik dan heroik, dijilid menjadi bacaan wajib cuci otak. Sejarah adalah fakta yang tidak bisa dipilah-pilah dan menuntut kita untuk bijaksana.

Lufthy Heriancy Agung Kurniawati