Beranda » Bandung Punya Candi, tapi Terbengkalai

Bandung Punya Candi, tapi Terbengkalai

1311167233625349064Situs Candi Bojong Menje yang terletak di Kp. Bojong Menje RT 2 RW 2 Desa Cangkuang Kecamatan Rancaekek tidak terurus. Batu-batu candi untuk sementara dipindahkan dari tempat semula karena sebelumnya dilakukan pemugaran berupa pembuatan dinding beton untuk menyerap air supaya situs tidak tergenang air karena ditengahnya terdapat tempat semula candi itu berdiri. Pemugaran yang dilakukan sebelumnya, yakni pada tahun 2004, berhenti tanpa alasan yang jelas.

Rohman (75), pengurus situs bersejarah yang ditemui pada Senin (18/07) itu mengaku kecewa dengan sikap pemerintah yang lepas tanggung jawab. Ia mengatakan, “situs sejarah yang belum diketahui dicari-cari, tapi setelah ketemu malah dibiarkan begitu saja”, kata Rohman. Selain itu ia juga mengatakan bahwa harusnya pemerintah serius dalam melindungi cagar budaya, hal itu penting guna membangkitkan kebanggaan masyarakat Jawa Barat. Dengan honor yang minim, seringkali ia memelihara tempat tersebut dengan uang sendiri.

Ditambahkan olehnya, saat diketemukan, candi itu memiliki dua arca yang menarik, satu arca berupa seorang pria duduk bersila memegang pedang dan satu lagi arca berbentuk perempuan menggendong bayi, dan keberadaan arca tersebut kini tidak diketahui.

Hal itu dibenarkan oleh Nanang Saptono, Arkeolog dari Balai Arkeologi Bandung. Menurutnya, candi yang ditemukan oleh warga ini didirikan pada abad ke 8 M dan berada di wilayah kekuasaan kerajaan Tarumanegara yang mayoritas beragama Hindu.

Ia memaparkan, “keberadaan candi itu dulu berada di masa kekosongan, karena sebelumnya kerajaan Tarumanegara telah runtuh akibat serangan kerajaan Sriwijaya dan kerajaan sunda belum berdiri,” kata Nanang.

Selain itu, menurutnya, di sekitar tempat itu, warga menjadikan candi itu sebagai tempat pemujaan. Lalu setelah adanya serangan dari Sriwijaya, penduduk sekitar melarikan diri hingga pedalaman. “Dulu, saat penggalian, banyak ditemukan peralatan rumah tangga di sekitar candi. Itu membuktikan bahwa tingkat kesibukkan kehidupan bermasyarakat cukup tinggi,” ujar Nanang.

Ditambahkan olehnya, sebenarnya di Bandung ini seringkali warga menemukan batu arca seperti salah satunya di Tenjolaya, Cicalengka dan Sapan Bojong Emas, tapi karena kurangnya koordinasi dengan pemerintah, seringkali arca-arca itu hilang bahkan terbuang akibat proyek pelebaran Citarum oleh pemerintah, seperti halnya arca di Kp. sapan, Desa Bojong emas Kec. Solokan Jeruk. Selebihnya, ia mengatkaan bahwa, dulu di setiap kecamatan terdapat penilik kebudayaan yang tugasnya merespon setiap temuan benda bersejarah, tapi seiring berganti rezim, hal itu sudah tidak ada lagi, papar Nanang.

Neng (36), warga sekitar mengatakan, setelah ditemukan candi itu, banyak warga luar yang datang ke tempat itu. Mulai dari para pelajar, rombongan mahasiswa hingga turis asing asal India dan Eropa.

Ato Sudiantono, ketua RW 2 setempat mengatakan, sebelumnya lahan candi Bojong Menje merupakan lahan pemakaman warga, karena ditemukannya candi, warga siap ganti rugi dengan pemerintah perihal pembebasan lahan. Dan itu telah dilakukan oleh warga. Namun, pembebasan lahan terkendala manakala pemilik lahan, pak Anen enggal menjual sebagian lahan di luar pagar situs dengan harga murah. Luasnya kurang lebih 7 meter persegi, tapi pak anen sendiri ingin menjual lahan tersebut dengan harga 10 juta.

Selain itu, ia juga menambahkan bahwa pada dasarnya warga menyambut baik kehadiran candi tersebut sebagai tempat pariwisata.

Terkait situs ini, Kepala Dinas Pemuda Olahraga dan Pariwisata Kabupaten Bandung, Ahmad Johara mengatakan bahwa jajaran di instansinya menginginkan pembangunan kembali situs tersebut hingga bisa memberi nilai tambah dalam hal tempat wisata sejarah bagi Kabupaten Bandung. Selain itu, ia juga mengatakan bahwa terkait hal ini, pihaknya kan berkoordinasi dengan Dinas Pendidikan dan Kebudayaan Kabupaten Bandung.

Sementara itu, Kabid Sejarah Dinas Pendidikan Kebudayaan Kabupaten bandung, Hedi Sutardi, menerangkan bahwa mengenai hal itu, pemerintah provinsi jabar menginginkan bahwa pemugaran dan penataan akan dilanjutkan apabila pembebasan lahan warga dan lahan pabrik yang bersinggungan dengan situs candi diselesaikan oleh pemda Kabupaten Bandung. Tetapi, karena di pihak pemkab sendiri mengalami defisit anggaran, maka pemugaran dan penataan situs belum bisa direalisasikan tahun ini, kata Hedi.


Mega Nugraha