Islam hanya mengenal dan mengakui konsep Tauhid, yakni mengesakan Allah. Dan Allah bersih dari klaim berbagai tuhan yang mendampingi-Nya, baik dalam bentuk rububiyyah (penciptaan), uluhiyyah/ ubudiyyah (ketaatan pada sistem) maupun asma’ (nama-nama) dan sifat-sifat-Nya.
قُلْ هُوَ اللَّهُ أَحَدٌ (1) اللَّهُ الصَّمَدُ (2) لَمْ يَلِدْ وَلَمْ يُولَدْ (3) وَلَمْ يَكُنْ لَهُ كُفُوًا أَحَدٌ (4)
Katakanlah: “Dia-lah Allah, Yang Maha Esa (1) Allah adalah Tuhan yang bergantung kepada-Nya segala sesuatu (2) Dia tiada beranak dan tidak pula diperanakkan (3)dan tidak ada seorangpun yang setara dengan Dia (4)
Tentang keyakinan orang Yahudi dan Nasrani tersebut Allah membantahnya bahwa yang demikian itu tidak lebih dari ucapan kosong belaka yang tidak dapat dibuktikan secara faktual. Sebuah keyakinan yang diyakini turun temurun begitu saja tanpa dapat dicerna oleh akal sehat dan fitrah yang bersih. Sebuah keyakinan yang didasari ikut-ikutan pada orang-orang kafir sebelum mereka yang tidak berpegang pada wahyu Allah. Allah berfirman :
وَقَالَتِ الْيَهُودُ عُزَيْرٌ ابْنُ اللَّهِ وَقَالَتِ النَّصَارَى الْمَسِيحُ ابْنُ اللَّهِ ذَلِكَ قَوْلُهُمْ بِأَفْوَاهِهِمْ يُضَاهِئُونَ قَوْلَ الَّذِينَ كَفَرُوا مِنْ قَبْلُ قَاتَلَهُمُ اللَّهُ أَنَّى يُؤْفَكُونَ (30
Orang-orang Yahudi berkata: “Uzair itu putera Allah” dan orang-orang Nasrani berkata: “Al Masih itu putera Allah.” Demikian itu hanya ucapan mereka dengan mulut mereka, mereka meniru perkataan orang-orang kafir yang terdahulu. Allah melaknat mereka, bagaimana mereka sampai berpaling (dari ajaran Tauhid)?
Keyakinan dan presepsi yang diyakini turun temurun itu semakin mapan dan parah akibat mereka mengagumi dan mengkultuskan para tokoh agama (ulama) mereka (Ahbar dan Ruhban), sehingga menjadi berhala-berhala dan syuyukh dholal wa mudhillin (tokoh-tokoh sesat dan menyesatkan) yang disembah (lihat tulisan : Berhala Abad 21/ Nasehat Ulama). Penyebabnya tak lain adalah, para tokoh agama itu tidak mau komitmen penuh dengan wahyu apa adanya, atau dengan bahasa sekarang “kehilangan trust” terhadap wahyu Allah, Taurat dan Injil. Allah menjelaskan dalam surat At-taubah ayat 31 :
اتَّخَذُوا أَحْبَارَهُمْ وَرُهْبَانَهُمْ أَرْبَابًا مِنْ دُونِ اللَّهِ وَالْمَسِيحَ ابْنَ مَرْيَمَ وَمَا أُمِرُوا إِلَّا لِيَعْبُدُوا إِلَهًا وَاحِدًا لَا إِلَهَ إِلَّا هُوَ سُبْحَانَهُ عَمَّا يُشْرِكُونَ
Mereka menjadikan orang-orang alimnya dan rahib-rahib mereka sebagai tuhan selain Allah dan (juga mereka mempertuhankan) Al Masih putera Maryam, padahal mereka hanya disuruh menyembah Tuhan yang Esa, tidak ada Tuhan (yang berhak disembah) selain Dia. Maha suci Allah dari apa yang mereka persekutukan.
Ketika masyarakat bodoh dan tidak mau menuntut ilmu sehingga pemahaman agama hanya berdasarkan presepsi dan dugaan belaka, maka para tokoh-tokoh agama itu dengan mudah mengelabui mereka dan mengarang-ngarang wahyu seakan datang dari Allah, padahal hasil tulisan mereka sendiri. Allah membongkar kejahatan para tokoh agama itu dalam firman-Nya surat Al-baqarah : 77 – 79) :
أَوَلَا يَعْلَمُونَ أَنَّ اللَّهَ يَعْلَمُ مَا يُسِرُّونَ وَمَا يُعْلِنُونَ (77) وَمِنْهُمْ أُمِّيُّونَ لَا يَعْلَمُونَ الْكِتَابَ إِلَّا أَمَانِيَّ وَإِنْ هُمْ إِلَّا يَظُنُّونَ (78) فَوَيْلٌ لِلَّذِينَ يَكْتُبُونَ
لْكِتَابَ بِأَيْدِيهِمْ ثُمَّ يَقُولُونَ هَذَا مِنْ عِنْدِ اللَّهِ لِيَشْتَرُوا بِهِ ثَمَنًا قَلِيلًا فَوَيْلٌ لَهُمْ مِمَّا كَتَبَتْ أَيْدِيهِمْ وَوَيْلٌ لَهُمْ مِمَّا يَكْسِبُونَ (79)
Tidakkah mereka mengetahui bahwa Allah mengetahui segala yang mereka sembunyikan dan segala yang mereka nyatakan? (77) Dan diantara mereka ada yang ummiyyun (buta huruf), tidak mengetahui Al Kitab (Taurat), kecuali dongengan bohong belaka dan mereka hanya menduga-duga (78) Maka neraka wail-lah bagi orang-orang yang menulis Al Kitab dengan tangan mereka sendiri, lalu dikatakannya; “Ini dari Allah”, (dengan maksud) untuk memperoleh keuntungan yang sedikit dengan perbuatan itu. Maka kecelakaan yang besarlah bagi mereka, akibat apa yang ditulis oleh tangan mereka sendiri, dan kecelakaan yang besarlah bagi mereka, akibat apa yang mereka kerjakan.(79).
Prilaku pemuka agama Nasrani dan Yahudi itu semakin aneh dan tak masuk akal, sampai-sampai mereka menjelaskan pada umat bahwa mereka tidak akan masuk neraka kecuali hanya beberapa hari saja. Mereka begitu berani dan nekatnya demi meyakinkan para pengikut dan umat terhadap ajaran agama yang kebanyakannya mereka karang sendiri. Allah menjelaskan dalam surat Al-baqarah ayat 80 – 81 :
وَقَالُوا لَنْ تَمَسَّنَا النَّارُ إِلَّا أَيَّامًا مَعْدُودَةً قُلْ أَتَّخَذْتُمْ عِنْدَ اللَّهِ عَهْدًا فَلَنْ يُخْلِفَ اللَّهُ عَهْدَهُ أَمْ تَقُولُونَ عَلَى اللَّهِ مَا لَا تَعْلَمُونَ (80) بَلَى مَنْ كَسَبَ سَيِّئَةً وَأَحَاطَتْ بِهِ خَطِيئَتُهُ فَأُولَئِكَ أَصْحَابُ النَّارِ هُمْ فِيهَا خَالِدُونَ (81)
Dan mereka berkata: “Kami sekali-kali tidak akan disentuh oleh api neraka, kecuali selama beberapa hari saja.” Katakanlah: “Sudahkah kamu menerima janji dari Allah sehingga Allah tidak akan memungkiri janji-Nya, ataukah kamu hanya mengatakan terhadap Allah apa yang tidak kamu ketahui?”(80) (Bukan demikian), yang benar: barangsiapa berbuat dosa dan ia telah dibalut oleh dosanya, mereka itulah penghuni neraka, mereka kekal di dalamnya.(81).
Berbagai klaim pemuka agama yahudi dan Nasrani mampu meyihir umat mereka sehingga mereka percaya begitu saja tanpa mau merujuk kepada Taurat dan Injil yang sesungguhnya. Saat umat mereka tidak mau bersusah payah menghidupkan tradisi ilmu dan lebih memilih berfikir instan dan mengandalkan nasib pemahaman agama kepada para pemuka agama sambil meninggalkan Kitabullah, di saat itulah para pemuka agama tersebut dengan leluasa mengarang ajaran agama sesuai syahwat dan persepsi mereka belaka. Mereka berani mengklaim bukan hanya Uzair dan Isa saja anak Allah, akan tetapi mereka (Yahudi dan Nasrani) itu juga anak Allah. Allah menjelaskan dalam surat Al-Maidah ayat 18 – 19 :
وَقَالَتِ الْيَهُودُ وَالنَّصَارَى نَحْنُ أَبْنَاءُ اللَّهِ وَأَحِبَّاؤُهُ قُلْ فَلِمَ يُعَذِّبُكُمْ بِذُنُوبِكُمْ بَلْ أَنْتُمْ بَشَرٌ مِمَّنْ خَلَقَ يَغْفِرُ لِمَنْ يَشَاءُ وَيُعَذِّبُ مَنْ يَشَاءُ وَلِلَّهِ مُلْكُ السَّمَاوَاتِ وَالْأَرْضِ وَمَا بَيْنَهُمَا وَإِلَيْهِ الْمَصِيرُ (18) يَا أَهْلَ الْكِتَابِ قَدْ جَاءَكُمْ رَسُولُنَا يُبَيِّنُ لَكُمْ عَلَى فَتْرَةٍ مِنَ الرُّسُلِ أَنْ تَقُولُوا مَا جَاءَنَا مِنْ بَشِيرٍ وَلَا نَذِيرٍ فَقَدْ جَاءَكُمْ بَشِيرٌ وَنَذِيرٌ وَاللَّهُ عَلَى كُلِّ شَيْءٍ قَدِيرٌ (19)
Orang-orang Yahudi dan Nasrani mengatakan: “Kami ini adalah anak-anak Allah dan kekasih-kekasih-Nya.” Katakanlah: “Maka mengapa Allah menyiksa kamu karena dosa-dosamu?” (Kamu bukanlah anak-anak Allah dan kekasih-kekasih-Nya), tetapi kamu adalah manusia(biasa) diantara orang-orang yang diciptakan-Nya. Dia mengampuni bagi siapa yang dikehendaki-Nya dan menyiksa siapa yang dikehendaki-Nya. Dan Kepunyaan Allah-lah kerajaan antara keduanya. Dan kepada Allah-lah kembali (segala sesuatu). (18) Hai Ahli Kitab, sesungguhnya telah datang kepada kamu Rasul Kami (Muhammad Saw), menjelaskan (syari’at Kami) kepadamu ketika terputus (pengiriman) rasul-rasul agar kamu tidak mengatakan: “Tidak ada datang kepada kami baik seorang pembawa berita gembira maupun seorang pemberi peringatan.” Sesungguhnya telah datang kepadamu pembawa berita gembira dan pemberi peringatan. Allah Maha Kuasa atas segala sesuatu.(19)
Begitulah prilaku para pemuka agama di kalangan Yahudi dan Nasrani. Mereka sangat leluasa mengarang ajaran agama dengan cara; mencampur adukkan al-haq (kebenaran) dengan al-bathil (kebatilan), menyembunyikan al-haq (QS.2 : 42 dan 3 : 71), menyimpangkan ayat dari pengertian yang sebenarnya (QS.4 : 46 dan 5 : 13 dan 41), pandai menyuruh umat berbuat baik, namun diri mereka melupakannya (QS. 2 : 44) dan lain sebagainya.
Al-Qur’an sebagai Kitab Allah yang terakhir diturunkan untuk umat manusia, tentunya mencakup kaum Ahlil Kitab (Yahudi dan Nasrani), membongkar motivasi para tokoh agama Yahudi dan Nasrani berbuat senekat itu. Motivasi utamanya ternyata adalah kepentingan dunia berupa harta dan menumpuk tabungan (uang). Allah memperingatkan umat Nabi Muhammad agar para tokoh agamanya (ulamanya) tidak berprilaku seperti itu, seperti yang dijelasakan dalam surat Attaubah ayat 34 -35
يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آَمَنُوا إِنَّ كَثِيرًا مِنَ الْأَحْبَارِ وَالرُّهْبَانِ لَيَأْكُلُونَ أَمْوَالَ النَّاسِ بِالْبَاطِلِ وَيَصُدُّونَ عَنْ سَبِيلِ اللَّهِ وَالَّذِينَ يَكْنِزُونَ الذَّهَبَ وَالْفِضَّةَ وَلَا يُنْفِقُونَهَا فِي سَبِيلِ اللَّهِ فَبَشِّرْهُمْ بِعَذَابٍ أَلِيمٍ (34) يَوْمَ يُحْمَى عَلَيْهَا فِي نَارِ جَهَنَّمَ فَتُكْوَى بِهَا جِبَاهُهُمْ وَجُنُوبُهُمْ وَظُهُورُهُمْ هَذَا مَا كَنَزْتُمْ لِأَنْفُسِكُمْ فَذُوقُوا مَا كُنْتُمْ تَكْنِزُونَ (35)
Hai orang-orang yang beriman, sesungguhnya sebahagian besar dari orang-orang alim Yahudi dan rahib-rahib Nasrani benar-benar memakan harta orang dengan jalan batil dan mereka menghalang-halangi (manusia) dari jalan Allah. Dan orang-orang yang menyimpan emas dan perak dan tidak menafkahkannya pada jalan Allah, maka beritahukanlah kepada mereka, (bahwa mereka akan mendapat) siksa yang pedih,(34) pada hari dipanaskan emas perak itu dalam neraka jahannam, lalu dibakar dengannya dahi mereka, lambung dan punggung mereka (lalu dikatakan) kepada mereka: “Inilah harta bendamu yang kamu simpan untuk dirimu sendiri, maka rasakanlah sekarang (akibat dari) apa yang kamu simpan itu.”(35)
Sebuah fenomena yang menarik dan aneh bahwa berbagai ajaran menyimpang yang dikembangkan para pemuka agama Yahudi dan Nasrani tersebut telah membentuk karakter bangsa Yahudi dan Nasrani menjadi bangsa yang suka mengingkari janji, kafir pada ayat-ayat Allah, termasuk pada Al-Qur’an, membunuh para Nabi, sikap keras kepala, menuduh Maryam dengan tuduhan palsu, mengkalim berhasil membunuh Isa, berbuat berbagai kezaliman di muka bumi, menghalangi manusia dari jalan Allah, suka makan riba dan memakan harta manusia dengan jalan yang bathil, kecuali mereka yang mendalam ilmumnya tetang Taurat dan Injil seperti Waraqah Bin Naufal dan sebagainya. (QS. 4 : 155 – 162)
Membunuh para Nabi dan memerangi mereka, termasuk Nabi Muhammad dan para pengikutnya, tentulah perbuatan yang amat tercela dan bahkan merupakan tindakan terorisme yang tidak dibenarkan sama sekali oleh Allah Ta’ala. Sikap itu pula yang sekarang dipertontonkan oleh kaum yahudi di Palestina dan Nasrani di Irak dan Afghanistan. Sebab itu, tidak heran jika mereka selalu melancarkan serangan dan peperangan terhadap umat Nabi Muhammad sepanjang masa. Para Nabi saja mereka perangi dan bunuh, apalagi umat Nabi Muhammad Saw? Allah menjelaskan dalam surat Al-Baqarah ayat 120 :
وَلَنْ تَرْضَى عَنْكَ الْيَهُودُ وَلَا النَّصَارَى حَتَّى تَتَّبِعَ مِلَّتَهُمْ قُلْ إِنَّ هُدَى اللَّهِ هُوَ الْهُدَى وَلَئِنِ اتَّبَعْتَ أَهْوَاءَهُمْ بَعْدَ الَّذِي جَاءَكَ مِنَ الْعِلْمِ مَا لَكَ مِنَ اللَّهِ مِنْ وَلِيٍّ وَلَا نَصِيرٍ
Orang-orang Yahudi dan Nasrani tidak akan senang kepada kamu hingga kamu mengikuti agama mereka. Katakanlah: “Sesungguhnya petunjuk Allah itulah petunjuk (yang benar)”. Dan sesungguhnya jika kamu mengikuti kemauan mereka setelah pengetahuan datang kepadamu, maka Allah tidak lagi menjadi pelindung dan penolong bagimu.
Memperhatikan prilaku dan ajaran kaum Ahlul Kitab yang sangat menyimpang itu, termasuk umat Nasrani sepanjang masa, khususnya terkait tentang ketuhanan, ibadah, mu’amalah dan sebagainya timbul beberapa pertanyaan mendasar : Apa benar yang demikian itu ajaran tuhan Isa? Kalau benar, apakah pantas Isa menjadi tuhan yang penuh kebencian dan kebengisan? Mana kasih sayang yang dikalim itu? Kok Tuhan malah dibunuh? Dan banyak lagi pertanyaan lain yang mendasar.
Sesungguhnya Isa tidak pantas jadi tuhan hanya karena ia lahir tanpa bapak. Kalau Isa lahir tanpa bapak sudah pantas jadi tuhan, maka Adam lebih berhak jadi tuhan karena lahir tanpa ibu dan bapak seperti yang dijelaskan Allah dalam surat Ali Imran, ayat 59 :
إِنَّ مَثَلَ عِيسَى عِنْدَ اللَّهِ كَمَثَلِ آَدَمَ خَلَقَهُ مِنْ تُرَابٍ ثُمَّ قَالَ لَهُ كُنْ فَيَكُونُ
Sesungguhnya perumpamaan Isa di sisi Allah sama seperti Adam. Dia menciptakannya (Adam) dari tanah, kemudian Dia berkata padanya : jadilah! Maka jadilah ia.
Jadi, kalau Isa bukan tuhan dan dia hanyalah seorang Nabi sebagaimana nabi-nabi Allah yang lain, termasuk nabi terakhir Muhammad Saw. timbul pertanyaan : Ajaran trinitas yang menyekutukan Allah itu ajaran siapa sebenarnya? Apakah ajarn Isa, atau hanya rekaan para tokoh agama saja? Allah menjawabnya dalam surat Al-maidah ayat 116 – 188 berikut :
وَإِذْ قَالَ اللَّهُ يَا عِيسَى ابْنَ مَرْيَمَ أَأَنْتَ قُلْتَ لِلنَّاسِ اتَّخِذُونِي وَأُمِّيَ إِلَهَيْنِ مِنْ دُونِ اللَّهِ قَالَ سُبْحَانَكَ مَا يَكُونُ لِي أَنْ أَقُولَ مَا لَيْسَ لِي بِحَقٍّ إِنْ كُنْتُ قُلْتُهُ فَقَدْ عَلِمْتَهُ تَعْلَمُ مَا فِي نَفْسِي وَلَا أَعْلَمُ مَا فِي نَفْسِكَ إِنَّكَ أَنْتَ عَلَّامُ الْغُيُوبِ (116) مَا قُلْتُ لَهُمْ إِلَّا مَا أَمَرْتَنِي بِهِ أَنِ اعْبُدُوا اللَّهَ رَبِّي وَرَبَّكُمْ وَكُنْتُ عَلَيْهِمْ شَهِيدًا مَا دُمْتُ فِيهِمْ فَلَمَّا تَوَفَّيْتَنِي كُنْتَ أَنْتَ الرَّقِيبَ عَلَيْهِمْ وَأَنْتَ عَلَى كُلِّ شَيْءٍ شَهِيدٌ (117) إِنْ تُعَذِّبْهُمْ فَإِنَّهُمْ عِبَادُكَ وَإِنْ تَغْفِرْ لَهُمْ فَإِنَّكَ أَنْتَ الْعَزِيزُ الْحَكِيمُ (118)
Dan (ingatlah) ketika Allah berfirman: “Hai Isa putera Maryam, adakah kamu mengatakan kepada manusia: “Jadikanlah aku dan ibuku dua orang tuhan selain Allah?.” Isa menjawab: “Maha Suci Engkau, tidaklah patut bagiku mengatakan apa yang bukan hakku (mengatakannya). Jika aku pernah mengatakan maka tentulah Engkau mengetahui apa yang ada pada diriku dan aku tidak mengetahui apa yang ada pada diri Engkau. Sesungguhnya Engkau Maha Mengetahui perkara yang ghaib-ghaib.”(116) Aku tidak pernah mengatakan kepada mereka kecuali apa yang Engkau perintahkan kepadaku (mengatakan)nya yaitu: “Sembahlah Allah, Tuhanku dan Tuhanmu”, dan adalah aku menjadi saksi terhadap mereka, selama aku berada di antara mereka. Maka setelah Engkau wafatkan aku, Engkau-lah yang mengawasi mereka. Dan Engkau adalah Maha Menyaksikan atas segala sesuatu.(117) Jika Engkau menyiksa mereka, maka sesungguhnya mereka adalah hamba-hamba Engkau, dan jika Engkau mengampuni mereka, maka sesungguhnya Engkaulah Yang Maha Perkasa lagi Maha Bijaksana.(118).
Berdasarkan analisah di atas, kita dapat menyimpulan bahwa Isa itu bukan tuhan. Dia adalah salah seorang Nabi Allah yang membawa ajaran Tauhid, sama dengan ajaran tauhid Nabi Muhammad Saw, yang sama-sama meneruskan ajaran Tauhid bapak/moyang mereka Ibrahim alaihissalam.
Kalau demikian halnya, agama Islam dan Kristen (Nasrani) – termasuk juga Yahudi dan musyrikin lainya – tidaklah sama. Islam berdasarkan Tauhid, sedangkan agama yang lainnya berdasarkan syirik. Maka, hati-hatilah wahai kaum Muslimin dalam menerima undangan menyambut tahun baru dan hari natal… Wallahul Muwaffiq wal Hadi ila sawa-issabiil