Para pakar sampah luar angkasa NASA telah mengoreksi perhitungan mereka terhadap antisipasi jatuhnya sebuah satelit raksasa. Kini, badan luar angkasa AS itu memperkirakan, satelit pemantau cuaca berbobot 6,5 ton itu akan jatuh menghantam Bumi Jumat depan, 23 September 2011--sehari lebih cepat dibanding perkiraan sebelumnya.
Satelit ruang angkasa Upper Atmospheric Research Satellite (UARS) sebesar bus itu diluncurkan pada tahun 1991 dan sudah dimatikan pada tahun 2005 setelah menuntaskan misinya.
“Satelit itu diperkirakan akan kembali masuk ke Bumi pada 23 September, plus minus satu hari,” kata Beth Dickey, juru bicara NASA, seperti dikutip dari Scientific American, 17 September 2011. “UARS masuk lebih cepat karena Matahari mengalami peningkatan aktivitas secara signifikan mulai pekan ini."
Seperti diketahui, radiasi Matahari bisa menghasilkan efek dorongan ekstra terhadap satelit di ruang angkasa karena mereka bisa memperpanas atmosfir Bumi dan menyebabkannya jadi memuai. Lalu, di mana UARS akan jatuh?
NASA belum memiliki gambaran di mana satelit raksasa itu akan jatuh. Diperkirakan, setidaknya akan ada 26 potongan satelit itu yang mampu bertahan dari panasnya temperatur akibat gesekan dengan atmosfir Bumi.
Kepingan-kepingan titanium dan tanki bahan bakar kemungkinan akan jadi salah satunya. Untungnya tidak ada bahan bakar beracun yang akan jatuh karena seluruh bahan bakar milik satelit itu sudah habis digunakan pada tahun 2005 lalu.
Menurut kalkulasi NASA, pecahan-pecahan itu akan jatuh tersebar di kawasan seluas 804 kilometer persegi. Ada peluang sebesar 1:3.200 bahwa kepingan bisa menghantam manusia yang sedang berada di daratan. Namun demikian, jika mengingat sebagian besar kawasan Bumi merupakan lautan, tampaknya satelit itu akan langsung jatuh ke laut.