“Di bawah inilah tempat persembahan kami untuk leluhur. Di atas, tempat kami mengawasi langit dan hidup.“
Itulah arti dari gambar di atas yang saya artikan sendiri ;)) karena keterangan gambar di majalah National Geographic ini, ahli belum mengetahui maknanya. Jadi inilah beberapa alasan yang saya artikan sendiri: dari gambar itu ada tiga tingkatan, kan? Paling atas ada seorang manusia yang terlihat menuruni tangga dan ada gambar-gambar telapak tangan hingga di dasar. Pesan yang tersirat pun sebenarnya mereka haruslah ingat pada leluhur. Nah, telapak tangan itu dari referensi lain yang saya baca adalah bentuk “penggapaian” terhadap semesta.
Gambar di atas adalah lukisan batu yang dilukis oleh masyarakat prasejarah Pueblo. Gambar bagi kita adalah sebuah seni, tapi bukankah seni yang berasal dari sansekerta (: sani) artinya berupa pemujaan atau ritual? :) Pueblo merupakan masyarakat prasejarah yang mendiami negara bagian Four Corners (Colorado, Utah, Arizona, New Mexico). Namun Pueblo sendiri berasal dari kata Spanyol yang artinya desa. Kenapa istilah Spanyol ini sangat mendunia? Apa karena arkeolog berkebangsaan Spanyol yang menemukan pertama kali?
Bisa jadi, karena penjelajah pertama asal Spanyol tiba di baratdaya pada abad ke-16. Nah, di Arizona itulah mereka menemukan situs menakjubkan. Oh, jadi bukan arkeolog asal Spanyol nih yang menemukan? yep, bukan. Jadi bangunan yang mereka temukan itu bertingkat dan reruntuhan permukiman batu menyerupai perkampungan.
Nah, seperti gambar berikut ini (tanda panah hijau), inilah pemukiman Pueblo yang terletak di Ngarai de Chelly - Arizona. Kebayang nggak betapa pintarnya mereka memanjat di ngarai-ngarai seperti ini di bagian baratdaya Amerika? Nah itulah ciri khas masyarakat ini. Hidup di tebing-tebing tinggi. Memanjat, membangun perkampungan dengan ruangan yang bersekat-sekat yang isinya bisa mencapai 85 kamar. Dan dari majalah National Geographic edisi masyarakat prasejarah jaman baheula, masyarakat Pueblo ini benar-benar misterius. Di majalah ini hanya memaparkan berbagai hasil temuan mereka, bahkan jujur pula ditulis bahwa ahli-ahli ini masih belum mengetahui makna yang mereka temukan, bukan pada kesimpulan dan sebagainya.
Kesimpulan berada di tangan pembaca. Untuk ukuran saya yang bukan arkeolog, membaca ini ada tantangan tersendiri, mencoba menghubung-hubungkan dengan referensi lainnya yang saya baca tentang lukisan-lukisan gua masyarakat prasejarah yang ada di Indonesia. Kembali lagi ke Pueblo, Pueblo sebetulnya hanyalah sebutan masyarakat secara umum yang mendiami Four Corners. Ada tiga kelompok besar, diantaranya yaitu Hohokam, Anasazi, dan Mogollon.
Dan para ahli pun sebetulnya bingung dari artefak-artefak yang mereka temukan, berdalih bahwa ini gabungan bangsa Anasazi dan Mogollon, ada juga yang berpendapat bahwa sebetulnya bangsa Anasazilah yang terbesar, dsb. Namun hingga sampai saat ini yang menjadi misteri terbesar bagi para arkeolog, Ngarai Chaco mengalami keemasan antara tahun 1030 dan 1125. Tak lama kemudian situs itu ditinggalkan selama hampir seribu tahun. Mengapa hal ini bisa terjadi, itulah yang menjadi misteri.
Tapi tenang, si arkeolog Stephen Lekson dari Universitas Colorado memiliki pendapatnya sendiri yang sudah meneliti situ-situs di baratdaya selama lebih dari 20 tahun. Ada banyak alasan: masalah politik, kepadatan penduduk, kekeringan dan perebutan kekuasaan. Namun bangsa Pueblo akan mengatakan bahwa alasan perpindahan mereka biasanya spiritual. Orang-orang tak hidup dengan benar, dan pemimpin agama serta penasihat spiritual menyuruh mereka pindah. Saat bermigrasi, mereka belajar cara hidup yang benar sebagai bangsa Pueblo. Meninggalkan desa lama dan menemukan desa baru merupakan suatu pembelajaran.
“Masa lampau itu seperti negara asing; hanya ada tiga cara untuk ke sana. Salah satunya melalui dokumen –surat, jurnal, foto-foto lama, dan buku. Barang-barang ini menyimpan kejadian dan emosi dari kehidupan masa lampau.” begitu kata J. Jefferson Reid, si arkeolog yang juga ambil andil dalam meneliti masyarakat Pueblo. Bahkan kalau saya simpulkan, masa lampau itu memang unik, memberi kita pelajaran dan sebuah “tanda” yang harus kita lakukan di masa kini dengan benar demi kebaikan kita sendiri.
Riefka Aulia